maggielim maggielim Author
Title: SELEKSI UNTUK MENJADI SEKETARIS
Author: maggielim
Rating 5 of 5 Des:
JARLENSEKS  | Cerita dewasa | Cerita Mesum |   Cerita sex  -  Suatu hal yang sebenarnya tak perlu ku ceritakan ke khalayak umum. Tapi tak m...
JARLENSEKS | Cerita dewasa | Cerita Mesum | Cerita sex - Suatu hal yang sebenarnya tak perlu ku ceritakan ke khalayak umum. Tapi tak mengapa untuk kesenangan smata dan penyaluran hobbysex dan menulisku. Sudah sejak seminggu yang lalu Sukma sekretarisku mengeluh kalau pekerjaannya sekarang bertambah banyak, karena memang beberapa waktu ini aku membeli beberapa perusahaan baru untuk perluasan bisnisku. Sebagai sekretaris pribadi, maka Sukma harus mengetahui semua permasalahan bisnisku dengan mendetail sehingga dapat dimaklumi bahwa dia agak kerepotan juga menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya.


Karena dia terus menerus mengeluh, maka aku menyuruhnya untuk mencari asisten baru untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya. Sukma sangat antusias karena aku mengijinkannya mencari asisten, tentu saja dia tak akan lupa dengan pesanku bahwa asistennya harus dapat memuaskan aku baik pekerjaannya maupun sexnya. Sukma hanya tertawa waktu mendengar permintaanku itu. Aku juga yakin bahwa tak terlalu sulit untuk mendapatkan sekretaris yang sehebat Sukma luar dalam, karena aku berani membayar sangat mahal untuk pelayanan mereka, namun yang menarik bagiku adalah kesempatan untuk menguji mereka secara langsung. Karena disinilah selera petualanganku akan terpuaskan dengan menggoda para calon sekretaris itu.

Setelah melalui screening yang ketat oleh personalia, Sukma akhirnya menyetujui 6 calon asisten yang untuk itu dimintanya aku untuk menguji langsung mereka itu. Sukma terus-menerus tersenyum ketika ia menceritakan betapa cantiknya para calon sekretaris yang melamar dan pasti aku akan bingung untuk memilihnya. Akupun hanya tertawa karena aku yakin pikiran Sukma sudah ngeres saja. Dalam hati aku sudah tak sabar menunggu jam makan siang, karena setelah itu para calon pegawaiku ini akan menghadapku.

Saat aku kembali ke kantor setelah makan siang, kulihat diruang tunggu sudah berderet duduk beberapa gadis yang semuanya berdandan rapi. Dari pandangan pertama aku mengakui bahwa mereka rata-rata cantik hanya saja kelihatannya kalau umurnya masih muda. Mereka semua memandangku dengan penuh harap sambil berusaha menunjukkan senyum termanis yang mereka punya, aku membalas senyum mereka dan langsung masuk ke ruanganku. Sukma yang sudah menunggu , langsung mendatangiku dan menanyakan apakah aku sudah siap untuk mulai wawancara.

Aku mengangguk namun kusempatkan untuk bertanya pada Sukma, apakah semuanya masih perawan, Sukma menjawab bahwa perasaan dia ada dua yang masih perawan yaitu yang namanya Indah dan Ratih, kalau yang lainnya kelihatannya sudah punya pengalaman. Yang pertama masuk seorang gadis memakai rok ketat berwarna biru tua, wajahnya cantik dengan tubuh yang tinggi langsing. Dengan penuh hangat ia menjabat tanganku dan duduk didepanku sambil menyerahkan berkas wawancara dari staffku sebelumnya. Kubaca namanya adalah Mia ia lulusan Akademi Sekretaris yang terkenal di kota Bandung umurnya baru 21 tahun.Setelah mengetahui jati dirinya aku menutup map itu dan memandangnya tajam.

Mia menatap pandanganku dengan berani meskipun tetap sopan. Aku langsung menanyainya dengan beberapa hal yang umum mengenai kemampuannya, sementara mataku dengan teliti memandang wajah serta badannya. Aku kurang suka dengan Mia ini karena badannya terlalu langsing meskipun susunya kelihatan cukup montok untuk badan selangsing dia itu. Setelah dia tak begitu canggung berbicara denganku, gairahsex.com aku mulai memasang jebakanku, kutawari dia untuk merokok, Mia kaget mendengar tawaranku itu, dengan ragu-ragu ia memandangku. ketika kukatakan bahwa kalau dia memang biasa merokok boleh saja merokok agar bisa lebih santai berbicara, barulah ia berani mengambil sebatang Marlboro yang kusodorkan.

Ketika kutanyakan apakah dia berkebaratan kalau aku bertanya hal hal yang bersifat pribadi, dia langsung menggelengkan kepalanya tanda tak keberatan. Aku tersenyum sambil membetulkan dudukku.

“Apakah Mia sudah punya pacar?,” Mia tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Apakah pacar Mia juga tinggal di Bandung?.”

“Tidak Pak, pacar saya ada di Jakarta.”

“Oh, makanya Mia kepengen kerja di Jakarta ya?” Mia lagi-lagi mengangguk dan tersenyum manis.

“Apakah ini pacar Mia yang pertama ataukah sebelumnya sudah sering berpacaran?”

“Sering Pak, tetapi semuanya sudah putus karena gag cocok!.”

Aku tersenyum dan bertanya lagi,

“Selama berpacaran, apa saja yang dilakukan oleh Mia?.”

“Maksud Bapak bagaimana ya?,” Mia balas bertanya.

“Maksud saya, apakah hanya sekedar omong-omong, atau dengan tindakan tindakan lain?” Mia terdiam dan hanya tersenyum mendengar pertanyaanku yang mulai terarah itu.

“Sebagai seorang sekretaris, Mia harus bisa menyimpan rahasia perusahaan secara maksimal, maka bagi Bapak, kalau Mia bisa berkata jujur mengenai diri Mia, berarti juga Mia bisa dipercaya untuk memegang rahasia perusahaan!.”

Mendengar itu Mia baru berani menjawab,

“Ya kadang kadang omong-omong, kadang-kadang juga yang lainnya Pak!.”

“Yang lainnya bagaimana?” kejarku, Mia tak menjawab tetapi hanya senyum saja.

“Apa berciuman?” Mia mengangguk.

“Apakah pacar Mia suka meremas-remas payudara Mia?” dengan wajah sedikit malu Mia mengangguk.

“Sekarang coba jujur pada Bapak ya, apakah Mia pernah berhubungan seks?” dengan wajah yang makin merah Mia menganggukkan kepalanya.

Kukejar lagi dengan pertanyaan,

“Sudah dengan berapa pria Mia berhubungan seks?”,

“Empat orang Pak!”jawab Mia. Aku tidak terlalu terkejut dengan pengakuan Mia ini, tetapi karena aku tak terlalu tertarik dengan Mia, maka aku tidak berusaha untuk mengajaknya untuk main, aku hanya ingin mengetahui keadaan Mia luar dalam dan nantinya memberi dia duit agar supaya kalau toh dia tidak kuterima maka aku tidak dituntutnya macam-macam.

Dari laci mejaku kukeluarkan sebendel uang limapuluh ribuan senilai 5 juta rupiah, aku berkata kepada Mia, bahwa aku ingin melihat dia membuka pakaiannya agar aku dapat lebih mengenal dia secara nyata, untuk itu akan kuberikan uang 5 juta rupiah yang ada di depannya itu. Kalau nanti dia diterima, maka uang itu tetap menjadi miliknya, sedangkan kalau tidak maka uang itu sebagai hadiah dariku. Mia ternganga mendengar perintahku yang tak pernah didengarnya itu, tetapi ia benar-benar siap untuk apapun rupanya.Dengan agak gemetar ia berdiri dan mulai membuka pakaiannya satu persatu, aku hanya duduk saja di depannya.

Seperti yang kuduga buah dada Mia cukup montok untuk badan ceking seperti itu, ketiaknya juga bersih mulus tanpa bulu selembarpun, ketika BH-nya dilepas, tampaklah buah dadanya yang kelihatannya sudah agak mengendur dan penuh dengan kecupan merah. Dari situ aku yakin kalau Mia ini doyan main! Ketika Mia membuka rok dan sekaligus celana dalamnya, penisku agak tegang juga, karena selangkangan Mia ditumbuhi dengan bulu yang cukup rimbun. Setelah telanjang, Mia berdiri mematung di depanku sambil tersenyum dan menunduk. Aku berdiri mendekati dia dan menyentuh susunya yang kurasakan agak empuk begitu juga dengan pantatnya, ketika kuraba bulu vaginanya, Mia merangkulku seperti orang yang kaget.

Aku diam saja, hanya jariku yang mulai menyelinap di antara celah pahanya mencari liang vaginanya. Mia mengerang ketika jariku menyentuh clitorisnya, tangannya meremas-remas bahuku tanpa berkata apa-apa. Aku merasa semuanya sudah cukup, maka aku kembali duduk di kursiku dan kusuruh dia kembali berpakaian. Setelah kuberikan uang dalam amplop itu, kuucapkan terima kasih dan kuminta Mia menunggu kabar dari personalia. Mia juga mengucapkan terima kasih dan meninggalkanku. Setelah itu masuk berturut-turut, Meity, Retno, Rina dan Ratih yang perkiraan Sukma masih perawan.

Meity, Retno maupun Rina semuanya juga kuberi hadiah 5 juta rupiah setiap kali mereka telanjang bulat di depanku, semuanya berbadan bagus dengan susu yang montok, benar-benar berat bagiku untuk menahan diri menghadapi vagina yang masih muda dan segar seperti milik mereka itu. Ketika Rina telanjang di depanku aku tak tahan untuk tak menciumi vaginanya yang berwarna merah muda itu, kujilati clitorisnya sampai Rina merintih-rintih, begitu juga dengan Retno yang sempat merasakan tusukan penisku meskipun hanya sampai dasar dan segera kucabut kembali.

Ratih yang diduga Sukma perawan ternyata juga sudah tak perawan, justru cewek satu ini yang berani terang-terangan mengajakku untuk main tetapi aku ragu-ragu karena aku hanya mau main dengan calon pegawai yang betul-betul akan kuterima saja, yang lainnya cukup main-main saja.Kesabaran dan ketahananku akhirnya berbuah juga, ketika calon sekretarisku yang bernama Sari masuk, aku merasakan kalau inilah cewek yang tepat untuk mendampingi Sukma sebagai sekretaris, mataku dengan tak sungkan-sungkan melahap wajah dan tubuh Sari yang tinggi besar itu. Wajahnya cantik Khas Jawa, hidungnya mancung dan kulitnya putih, bibirnya sangat sensual dengan lipstick merah tua. Blousenya yang berpotongan rendah dilapisi jas berwarna biru tua, sepintas aku dapat melihat lekuk buah dadanya yang dalam menandakan kalau buah dada pemiliknya montok.

Dari penampilannya, sepertinya cewek yang satu ini alim, tetapi aku yakin kalau sebenarnya dia ini super hot dan sangat sesuai dengan seleraku. Pandanganku yang jalang itu, tidak membuat dia rikuh, malah dia tersenyum manja waktu mengulurkan tangannya untuk bersalaman, tangannya empuk dan hangat sekali, begitu juga dengan suaranya yang agak bernada bass itu. Semuanya sangat memuaskan seleraku, hanya sekarang tergantung bagaimana aku dapat mengolah agar dia dapat aku sikat dan selanjutnya akan kupakai untuk membantu Sukma.

Pikiranku sudah membayangkan kalau mereka berdua aku sikat sekaligus diruang ini, pasti asyik.Setelah berbasa basi dengan menanyakan beberapa hal yang sifatnya formil, aku mulai menanyakan hal hal yang sensitif, gairahsex.com karena begitu bernafsu akau merasakan kalau suaraku agak gemetar, tetapi justru yang kulihat Sari malah tersenyum melihat gayaku itu.

“Sari keberatan nggak kalau saya tanya hal hal yang sifatnya pribadi, karena sebagai tangan kanan Bapak, tentunya Bapak juga ingin tahu hal hal seperti itu.”

“Tentu saja boleh Pak, silakan Bapak tanya apa saja!”, Aku menelan ludah mendengar jawaban Sari yang menantang itu.

“Sari tingginya berapa ya?”.

“Seratus tujuh puluh enam senti Pak.”

“Berapa ukuran vital Sari?”.

“Dada 36, pinggang 30, pinggul 38,” Aku tersenyum mendengar ukuran vitalnya yang hebat itu, Sari juga menyeringai melihat aku tersenyum itu.

“Masak dada Sari sebesar itu, kelihatannya kok nggak ya?”.

“Benar kok Pak, Sari nggak bohong,” jawabnya merajuk.

“Coba Sari buka jasnya, biar Bapak bisa melihat lebih jelas!.” Tanpa ragu-ragu Sari berdiri dan melepas jasnya, ternyata Blouse Sari tak berlengan sehingga aku dapat melihat lengannya yang putih mulus itu.

Memang setelah Sari hanya memakai blouse, baru kelihatan kalau susunya memang besar. Ketika kusuruh Sari mengangkat lengannya, kelihatan juga kalau ketiaknya penuh bulu yang sangat aku sukai. Aku makin bernafsu melihat tubuh Sari yang sip ini, tetapi aku masih harus berusaha agar Sari benar benar dapat kutiduri, karenanya aku masih harus terus berusaha.

“Apakah Sari pernah melihat blue film?”.

“Pernah Pak.”

“Sering?”.

“Sering.”

“Coba ceritakan pada Bapak apa yang kamu sukai kalau nonton blue film itu!” Sari pertamanya agak ragu untuk menjawab, tetapi akhirnya keluar juga jawabannya.

“Sari senang kalau mereka melakukan adegan pemanasan, dan juga melihat mimik muka ceweknya kalau puas!” Aku rasanya sudah tak tahan lagi ingin menubruk Sari, tetapi aku masih menahan diri.

“Sari, coba ya Bra nys dilepas, Bapak ingin melihat buah dada Sari!”.

“Apa blousenya juga dilepas Pak?”.

“Terserah!”. Kembali Sari berdiri, dia dengan tenang membuka blousenya serta kemudian melepas pengait behanya.

Benar-benar fantastis payudara Sari, besar, montok, putih namun sedikit kendor. Aku sejenak terpana memandangnya, tetapi aku langsung dapat menguasai diriku dan berdiri dan berjalan memutari mejaku mendekati Sari. Tanpa ragu kedua tanganku langsung meremas payudara Sari dengan lembut. Sari hanya diam saja, merasakan empuknya payudara Sari aku tahu kalau dia sudah tidak gadis lagi. Remasan tanganku ke payudara Sari menyebabkan puting susunya mulai mengeras, aku menyelusupkan tanganku ke ketiaknya dan mengangkat lengannya tinggi-tinggi, kuperhatikan ketiaknya yang penuh dengan bulu hitam itu dan tanpa sadar aku sudah menciuminya.

Saat itulah Sari mulai mendesah kegelian, aku terus menciumi bulu ketiaknya yang berbau harum oleh karena deodorant itu untuk kemudian ciumanku mulai mengarah keputing susunya. Sari dengan agak berbisik berkata,

“Pak, nanti ada yang melihat lho, Sari takut!”, Aku mana peduli dengan semua itu. Justru sambil mengulum puting susunya aku mulai melepaskan rok yang dipakainya. Dengan mudah kulepaskan rok bawah Sari demikian juga dengan celana dalamnya, ketika kuraba selangkangan Sari dapat kurasakan ketebalan bulu vaginanya di telapak tanganku, ketika jariku menyelinap ke dalam vaginanya. Sari makin menggelinjang dan meremas pundakku tanpa bersuara sedikitpun. Karena aku tahu waktuku hanya sebentar, maka aku menghentikan ciumanku dan mulai melepasi pakaianku sendiri. Sari hanya berdiri saja melihat aku melepaskan semua pakaianku itu, matanya terbeliak ketika kulepas celana dalamku sehingga penisku tersembul keluar.

Dengan terbata-bata ia berkata

“Pak saya takut Pak, punya Bapak besar sekali, nanti nggak cukup lho Pak, saya baru beberapa kali bercinta!” Aku berbisik agar ia tak takut karena aku akan hati hati dan kujamin dia tak merasa sakit.Kubaringkan Sari di sofa yang ada di kantorku, dan aku kembali ke mejaku. Tanpa diketahui Sari aku memejet interkom untuk memanggil Sukma, Sukma yang telah mengerti dengan kode dari aku segera masuk ke ruanganku dengan tenangnya. Tetapi lain dengan Sari yang langsung meloncat kaget dengan wajah pucat pasi dan kebingungan mencari penutup tubuh.

“Sari nggak usah takut, toh nanti kalau kamu kerja juga bersama dengan Mbak Sukma, jadi rahasiamu juga jadi rahasia Mbak Sukma ya?”., Sari hanya diam saja dengan wajah merah menatap Sukma yang tersenyum manis kepadanya.

Ketika kutanyakan dimana kondom yang kubutuhkan, Sukma mengeluarkannya dari saku dan membukanya untuk kemudian dengan berjongkok ia memasangnya di penisku yang sudah berdiri kaku itu, karena memang tujuannya agar supaya Sari tidak rikuh dengan dirinya, Sukma secara sengaja mengulum penisku dulu sebelum memasang kondom bahkan dengan demonstratif ia menelan seluruh penisku hingga tinggal biji pelirku saja. Sari memandang semua itu dengan wajah merah padam, entah karena malu atau karena nafsunya yang sudah naik.

Yang pasti ia diam saja ketika Sukma duduk di atas meja kerjaku sementara aku mendekatinya, kurenggangkan kaki Sari sehingga vaginanya kelihatan merekah merah tua.Pelan-pelan kusapukan lidahku kepinggir vagina Sari, Sari langsung mendesah dan mendorong kepalaku, aku diam saja malahan kuteruskan jilatanku pada clitorisnya yang bulat itu, Sari merintih rintih kegelian, tanganku tak tinggal diam juga ikut meremas remas susunya yang montok itu. Sari dengan gemetar meraih penisku dan diremasnya penisku dengan gemas sekali. Aku juga kasihan melihat Sari yang demikian kebingungan karena merasakan kegelian yang luar biasa itu, tetapi tujuanku sebenarnya agar dia tak terlalu merasa sakit bila penisku yang gede itu menembus vaginanya.

Langsung saja aku mengarahkan penisku ke liang vaginanya yang sudah basah kuyup dan merekah itu, ketika kulihat ujungnya sudah terselip diantara bibir vagina Sari, pelan-pelan kutekan masuk. Sari menggigit bibirnya sementara tangannya memegang pantatku entah mau menahan atau malahan mendorong, yang pasti penisku dengan pelan berhasil juga masuk seluruhnya ke dalam liang vaginanya. Vagina Sari terasa legit sekali, rasa hangat yang menjepit penisku membuat aku menggigit bibir karena enaknya. Tetapi seperti yang kuduga, Sari kurang berpengalaman dalam persetubuhan, karena meskipun penisku sudah mentok menyentuh leher rahimnya, ia diam saja bahkan menutup matanya.Aku berbisik di telinganya agar Sari juga menggerakkan pantatnya, tetapi Sari tetap diam saja.

Gerakan penisku naik turun membuat vagina Sari bertambah basah dan becek, aku benar-benar kecewa dengan vagina Sari ini, rasanya aku ingin mencabut penisku dan berpindah ke vagina Sukma yang pasti lebih pulen dibanding punya Sari itu, tetapi aku tak mau melukai perasaan Sari. Dengan agak tergesa-gesa aku mempercepat genjotanku agar aku segera mencapai puncak kenikmatanku, tetapi dasar masih belum berpengalaman, tiba-tiba saja Sari merintih keras, sementara kurasakan vaginanya mengejang.

Rupanya Sari sudah mencapai puncak kepuasannya, badannya berkeringat dan kakinya erat melingkar dipantatku. Dengan beberapa sentakan lagi, akupun memuntahkan air maniku yang tertampung dalam kondom yang kupakai. Begitu rasa geli mulai hilang dari ujung penisku, aku segera mencabut penisku dan kusuruh Sukma mengajak Sari untuk keluar dari ruanganku. Sukma tersenyum melihatku, ia tahu bahwa aku kurang puas dengan permainan Sari, pasti nantinya Sukma harus bekerja keras untuk mendidik Sari agar tahu seleraku dalam bermain main! Kuingatkan Sukma agar tak lupa memberi Sari uang serta memanggilnya lagi untuk masuk kerja.

Hastag : #Cerita Sex , #Cerita Mesum , #Cerita dewasa , #Cerita Sex Terbaru , #Kumpulan Cerita Sex ,#Kumpulan Video Sex , #Video sex Terbaru , #Foto Bugil , #Kumpulan Foto Bugil

Advertisement

 
Top